Jumat, 10 Mei 2013

PENANGKAPAN IKAN DENGAN BAHAN PELEDAK LEBIH BURUK DARIPADA PENGGUNDULAN HUTAN



Penangkapan ikan dengan bahan peledak dan racun, dua alat yang dipergunakan ini menurut studi  adalah metode penangkapan ikan komersial yang sangat merusak kegiatan mahluk hidup di dasar laut yang kami rangkum dari berbagai sumber

Membandingkan teknik penangkapan ikan dengan proses pembabatan hutan, adalah  sebuah laporan yang di publikasikan dalam Jurnal Ilmu Pengetahuan Conservasi Biologi (The Scientific Journal Conservation Biology), memperingatkan tentang  struktur kehidupan dasar laut dapat menjadi  rusak yang sama rusaknya dengan  hutan di darat.

Seperti juga hutan, dasar laut merupakan  suatu ekosistem yang kompleks yang menyediakan hewan-hewan /habitat dan makanan pokok  untuk terus bereproduksi dan tumbuhnya ikan dan kehidupan laut lainnya. Pengeboman di laut telah merusak sruktur dasar laut – yang dapat memakan beberapa dekade dan beberapa abad untuk dapat memulihkan nya seperti sediakala. “setiap pengeboman maka bunga karang, remis/kepiting, rumah-rumah cacing laut dan binatang-binatang air yang berkulit keras, yang hidup di areanya yang seharusnya tidak terganggu sekarang telah hampir punah seluruhnya”.  Kata Les Watling, Profesor Oceanografy dari University Of Maine dan satu dari beberapa penulis study. “ Tidak ada satu mahkluk dilaut yang tidak terkena dampak fisik dari pengeboman dasar laut”.

Ketika struktur dasar laut seperti bunga karang dan terumbu karang telah musnah misalnya maka ikan, kepiting, ikan bintang laut, dan cacing-cacing serta seluruh habitat mereka hilang dan akan mati hal ini dapat dijelaskan secara ilmu pengetahuan. Begitu keanekaragaman habitat dasar laut hilang akibat trawl  maka besar lah alasan kenapa  begitu banyak ikan –ikan  yang  berkurang di dunia.

“Banyak spesies ikan yang membutuhkan habitat lain yang spesifik agar dapat bertahan hidup, walaupun ada sebahagian lain dari ikan yang mudah untuk bertahan hidup dalam habitat yang tidak kompleks”. kata Auster. Satu studi menunjukkan contoh dimana anak-anak ikan bertahan hidup dalam habitat laut dengan stuktur dasar laut yang lebih kompleks.

Walaupun kekurangan informasi, para ilmuan telah mulai mengajak/menghimbau dari pihak pemerintah dalam  sebuah jaringan kerja untuk melindungi daerah di laut – seperti daerah tempat dilindunginya kehidupan satwa liar dimana di daerah itu  dapat diadakan penjagaan, dan membiarkan ikan bertelur, merawat habitat ikan dan kehidupan laut lainnya.

Untung Rugi Penangkapan Ikan dengan Bahan Peledak


 Terumbu karang di Indonesia tersebar hampir di seluruh kepulauan yang berjumlah 17.508 dengan garis pantai lebih kurang 81.000 km. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai 75.000 km2 yang terletak di 371 lokasi. Di lokasi-lokasi tempat terumbu karang tersebut berada, dari 41,78% yang terukur, yang mengalami kerusakan di antaranya adalah 28,30% berada dalam keadaan rusak berat; 23,72% dalam keadaan kondisi baik; dan hanya 6,2% yang berada dalam kondisi sangat baik (Soekarno, 1997).

     Untuk mengetahui potensi terumbu karang di bidang perikanan, Indonesia belum memiliki data yang dapat dijadikan acuan. Hal seperti ini dapat dilihat dari data negara tetangga kita, misalnya Philippina. Untuk terumbu karang yang kondisinya masih baik (persen karang hidup > 50%) dapat menghasilkan ikan (termasuk jenis ikan dan non ikan) sebanyak 36 ton/km2 nya /tahun. Jadi total potensi terumbu karang tersebut sekitar 810.000 ton/tahun. Sementara itu untuk terumbu karang yang kondisinya telah rusak hanya menghasilkan lebih kurang 10% nya (Gomez et al., 1994). Berdasarkan angka ini, andaikata total dari terumbu karang di Indonesia 30% berkondisi baik, berarti luas terumbu karang yang dapat dianggap produktif seluas 22.500 km2.

     Di kawasan ASEAN terumbu karang mempunyai peran yang sangat menonjol, karena sekitar 60% protein yang diperlukan penduduk berasal dari hasil perikanan dan sekitar 10-15% hasil tangkapan tersebut berasal dari terumbu karang (Gomez 1988; Gomez dan Chou,1994).

     Selain itu dapat juga digambarkan kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan yang dialami oleh terumbu karang akibat pemanfaatan yang merusak lingkungan, seperti penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak atau bahan beracun. Menurut Herman Cesar (1996) penangkapan ikan dengan racun sianida hanya memberikan keuntungan sebesar -33.000 US$/km2 terumbu karang dalam jangka waktu 25 tahun, tetapi kegiatan ini akan menimbulkan kerugian bagi negara akibat menurunnya hasil tangkapan ikan dan pariwisata sebesar 43.000-476.000 US$/km2/tahun. Manfaat yang didapat oleh perorangan dari penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledakhanya sekitar US$ 15.000/km2, tetapi kerugian yang dialami negara akibat menurunnya hasil perikanan, hilangnya fungsi perlindungan pantai dan pariwisata mencapai 98000-761.000 US$/km2/tahun.

     Di sisi lain keuntungan yang di dapat dari coral mining oleh individual adalah sekitar 121.000 US$/tahun, sedangkan kerugiannya adalah 176.000-903.000 US$/tahunnya. Hilangnya fungsi pelindung pantai menyebabkan kerugian untuk kembali membangun pelindung pantai tersebut sekitar 193.000 US/km. Sekarang pilih yang mana ???

Indrawadi,S.Pi
Mahasiswa Pascasarjana PSP2K UBH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar