Publikasi
Ilmiah Tentang Gempa dan Tsunami,
Tidak Untuk Ditakuti
Oleh: Indrawadi,S.Pi
Humas UBH dan Pegiat JJSB (08126732774)
Pasca gempa
dahsyat di sertai tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 lalu, membuat para
ahli-ahli gempa dan tsunami dunia semakin intensif melakukan penelitian akan
potensi gempa-gempa selanjutnya di wilayah Sumatera.
Ironisnya,
sebagian masyarakat menganggap, publikasi dari hasil-hasil penelitian tersebut
justru menjadi kabar yang sangat menakutkan. Pada
hakikatnya publikasi penelitian para ahli tersebut sangat penting untuk
dikabarkan kepada seluruh masyarakat yang tinggal di kawasan yang rawan bencana
untuk dijadikan sebagai langkah awal dari langkah-langkah apa yang harus
dilakukan dalam rangka mitigasi bencana.
Saya masih ingat
dan pernah membaca tentang publikasi akan
terjadinya gempa dahsyat di kawasan pantai Barat Sumatera (khususnya
Sumatera Barat dan Bengkulu). Diprediksi bahwa terdapat potensi gempa yang
diakibatkan energi yang terakumulasi di patahan benua yang
terletak di sebelah Barat kepulauan Mentawai.
Potensi
akan terjadinya fenomena alam ini sudah dapat dipastikan. Yang masih
tidak terjangkau oleh ilmu pengetahuan sampai saat ini adalah prediksi yang
lebih akurat menyangkut kapan akan terjadinya peristiwa dahsyat
tersebut.
Hasil
penelitian Profesor Kerry Sieh dari California Institute of Technology
(sekarang Direktur Earth Observatory of Singapore, Nanyang Technological
University) dan Danny Natawidjaja pakar geoteknology dari LIPI
menyangkut hal tersebut telah disiarkan secara luas dalam publikasi ilmiah
maupun di media masa, baik di luar negeri maupun di Indonesia sendiri.
Dalam
rangka mitigasi bencana, hal inipun telah disampaikan kepada masyarakat dan
menjadi bagian dari skenario pelatihan yang telah dilakukan bagi masyarakat
Padang.
Sebagian
besar masyarakat tampak telah memahami dan sadar akan potensi bahaya gempa yang
dapat memicu tsunami ini, yang tampak dari reaksi spontan masyarakat yang
segera menuju lokasi-lokasi yang dinilai aman terhadap bahaya tsunami, segera
setelah gempa terjadi.
Kini, ketika
kita semakin mengakui pentingnya ilmu-ilmu alam, kebumian, baik juga dipikirkan
cara untuk mengembangkan minat. Jangan sampai ironi yang ada sekarang ini
berkepanjangan, di mana negara di Cincin Api hanya memiliki sejumlah kecil
ahli. Mereka bekerja di sejumlah lembaga pendidikan dan penelitian seperti ITB,
UGM, LIPI, dan BPPT.
Dengan frekuensi
berita gempa yang tinggi akhir-akhir ini, terungkap pula sejumlah istilah dan
teori fundamental dalam geologi, seperti intensitas gempa dalam skala Richter
dan tentang lempeng tektonik.
Sebagaimana
studi tentang hutan, iklim, atau vulkanologi, ilmuwan ahli gempa Indonesia
punya peluang besar untuk berkontribusi dalam sains yang hebat ini karena
Indonesia sering disebut sebagai laboratorium alam yang unik. Sumbangan ilmiah
ini maknanya tidak saja sebatas pemerkayaan ilmu pengetahuan, tetapi juga
terkait dengan masa depan manusia.
Karena yang bisa diketahui baru wilayah mana yang akan terancam gempa dalam kurun 20-30 tahun mendatang, sebenarnya pekerjaan sudah menanti untuk menyiapkan segala sesuatunya. Tujuannya tidak lain untuk meminimalkan potensi kerusakan akibat gempa.
Mari kita sambut tantangan ilmu geologi untuk semakin memahami Bumi dan segala aktivitasnya. Kita yakin, dengan semakin bertambahnya ahli gempa, akan semakin nyaring suara yang mengingatkan bangsa Indonesia untuk selalu siaga menghadapi pergerakan lempeng tektonik jauh di bawah sana.
Karena yang bisa diketahui baru wilayah mana yang akan terancam gempa dalam kurun 20-30 tahun mendatang, sebenarnya pekerjaan sudah menanti untuk menyiapkan segala sesuatunya. Tujuannya tidak lain untuk meminimalkan potensi kerusakan akibat gempa.
Mari kita sambut tantangan ilmu geologi untuk semakin memahami Bumi dan segala aktivitasnya. Kita yakin, dengan semakin bertambahnya ahli gempa, akan semakin nyaring suara yang mengingatkan bangsa Indonesia untuk selalu siaga menghadapi pergerakan lempeng tektonik jauh di bawah sana.