Selasa, 11 Maret 2014

Kabut Asap Pun Ancam Terumbu Karang

Asap di udara dan terumbu karang didasar laut, tetapi keduanya akan saling mempengaruhi dalam proses kehidupan. Ancaman kabut asap semakin parah menyelimuti sebagian Pulau Sumatera, tidak terkecuali pesisir pantai sepanjang pantai barat Sumatera.

 Kondisi itu dikhawatirkan dapat mematikan ekosistem terumbu karang di pantai barat Sumatra. Terumbu Karang adalah hewan yang berasosiasi dengan tumbuhan, untuk pertumbuhannya terumbu karang melakukan fotosintesis. Proses fotosistesis itu sendiri sangat dipengaruhi oleh tersedianya cahaya matahari yang cukup sebagai "pembakar" atau energi.

Kita ambil perumpamaan misalnya kawasan perairan Kota Padang, sudah lebih dari satu bulan ditutupi oleh asap diatasnya, lalu sinar matahari tidak dapat menembus perairan, maka secara langsung maupun tidak langsung mengganggu proses fotosistesis terumbu karang. Pada kondisi yang lebih parah lagi adalah ketika bencana asap disertai dengan kondisi kemarau yang berkepanjangan akibat El Nino, suhu peraiaran menjadi naik.

Dan akibat kenaikan suhu yang cepat ini, maka terumbu karang mengalami pemutihan (bleaching) dan akhhirnya mati. Terumbu karang mati maka sumberdaya lain yang berkaitan dengannya akan terganggu seperti halnya ikan karang. Akhir tahun 2000, terjadi kematian massal terumbu karang di kawasan pantai Sumbar. Penyebabnya kabut asap.

Kabut asap yang menutupi sinar matahari ke dalam laut, memicu berkembangnya fitoplanton alga merah. Biota tersebut dikenal berbahaya karena dapat mematikan spesies lain, termasuk terumbu karang. Blooming fitoplanton itu telah mematikan seluruh terumbu karang di laut Sumbar hingga Sumut. Butuh waktu bertahun-tahun untuk recoverynya. Sejak tahun 2000 hingga sekarang, pertumbuhan terumbu karang baru sekitar 35 persen.

Jika terjadi blooming lagi, kondisinya akan kembali nol. Pertumbuhan terumbu karang itu sangat lambat. Hanya 2,5 cm per tahun, dan kita harus menunggu paling cepat 20 tahun untuk melihatnya. Pertumbuhan kembali atau recovery itu terjadi baik secara alamiah maupun ilmiah (bantuan manusia). Alamiah karena terjadi transplantasi alami yang kemudian tumbuh tunas-tunas baru dalam jangka waktu cukup panjang untuk menjadi dewasa.

Karenanya, jika kabut asap terus berlanjut hingga tiga bulan ke depan, blooming fitoplanton dikhawatirkan dapat terjadi lagi. Kita tidak tahu, kapan kabut asap kiriman itu kapan akan berakhir, tergantung dari upaya pemerintah provinsi tetangga untuk menyelesaikan penyebab kebakaran hutan di daerah mereka.