Kamis, 02 Mei 2013

32 Tahun Universitas Bung Hatta, Harapan dan Tantangan



 Peringatan Dies Natalis ke 32 Universitas Bung Hatta, artinya telah 32 tahun kelahiran perguruan tinggi yang di kelola oleh Yayasan Pendidikan Bung Hatta yang yang pengelolaan sekarang telah disesuaikan dengan Undang Undang Yayasan No 16 Tahun 2006 serta diketuai oleh Prof.Dr.Fachri Ahmad. Penulis memberikan sedikit catatan sebagai alumni dan karyawan di Universitas Bung Hatta yang mungkin ada nilainya, baik bagi masyarakat, mahasiswa, tenaga pengajar dan pengelola perguruan tinggi yang menyandang nama besar Proklamator ini

Di usianya yang ke-32, Universitas yang mulanya berkampus di Ulak Karan, terus mengembangkan kampusnya di kawasan Gunung Pangilun dan di Aia Pacah Jl.ByPass.  Usia yang seharusnya telah matang dan boleh dikatakan tidak muda lagi. Tetapi kehadirannya sebagai sebuah universitas swasta terkemuka dan punya mahasiswa yang banyak di Sumatera Bagian Tengah sudah tampil  mengesankan.

Saya masih ingat tahun 1990 dulu, ketika saya bertanya-tanya dan membeli formulir pendaftaran, ada anekdot dari beberapa orang senior yang berpakaian ala tentara, tentara kampus tersebut sambil berseloroh mengatakan,”Asal bisa masuk Universitas Bung Hatta di Padang, biarlah tidak lulus Perguruan Tinggi Negeri di Jambi dan Riau”. Rasanya ungkapan tersebut terlalu berlebihan, tetapi itu sudah menunjukkan posisi Universitas Bung Hatta di mata masyarakat pada masa itu. Barangkali di mata masyarakat UBH dapat dikatakan telah menjadi Universitas Swasta papan atas di Pulau Sumatera.

Tidak sedikit dana yang telah di investasikan oleh Yayasan Pendidikan Bung Hatta dan pimpinan Universitas untuk memenuhi dan meningkatkan kualitas tenaga pengajar. Secara matematis hasilnya memang telah tampak. Tenaga pengajar tetap telah mendekati angka 95 % berkualifikasi S2 dan S3 yang tersebar di 7 fakultas. Demikian pula halnya untuk tenaga administrasi dari S1 dan S2 pun cukup banyak

Tetapi dengan bertambahnya tenaga pengajar dengan kualifikasi S2 dan S3 setiap tahun, kualitas perkuliahan otomatis jadi tinggi ?. Persoalannya menurut saya tidak lah sesederhana itu. Banyak factor yang saling terkait, mulai dari suasana kampus, sistem perkuliahan dan pelayanan terhadap mahasiswa maupun administrasi, penjaringan calon mahasiswa akan sangat mempengaruhi kemauan dan tingkat kecerdasasan mahasiswa itu sendiri, sampai pada kiat dan daya tarik dosen atau tenaga pengajar itu sendiri.

Dosen yang menjadi kebanggaan mahasiswa, menjadi idola, biasanya dosen yang adil, berdisiplin, tidak arogan, berwawasan tinggi, mampu mempertimbangkan pentingnya human relationship dalam memotivasi mahasiswa.

Cukup banyak didengar adanya mahasiswa yang membuang-buang umur dan biaya, tanpa mampu mencapai prestasi yang memadai sebagai mahasiswa. Tampaknya yang terpenting adalah status mahasiswa dan dibangga-banggakan pada keluarga dan orang di kampung, meski mereka tahu telah menipu diri sendiri dan orang tua mereka.Biasanya mahasiswa yang punya prestasi buruk, yang punya kepribadian terbelah atau frustasi, sering menutupi kelemahannya dengan sikap dan prilaku yang radikal dan ekstrim. Seringkali mahasiswa yang vokal, berprestasi, dan tekun kuliah, tidak berdaya mengontrol ataupun bertindak menghadapi tingkah polah segelintir mahasiswa yang radikal dan ekstrim tersebut.

Catatan ini perlu diungkapkan, agar kita juga bisa memahami apa kendala yang dihadapi oleh pimpinan universitas dan pimpinan fakultas dalam mengurus mahasiswanya. Gejolak-gejolak di kampus bisa mulai dicetuskan oleh mahasiswa yang radikal dan ekstrim tersebut, atau oleh dosen yang arogan atau oleh pelayanan dosen itu sendiri terhadap yang diajarnya, demikian juga halnya dengan administrasi yang amburadul.

                                                            *********

Universitas merupakan wadah untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu memberikan jasa karena keahlian, karena ketrampilan, karena kecerdasan dan akal budinya. Lulusan universitas jelas bukanlah menyiapkan tenaga buruh kasar, tetapi jasawan yang punya etos kerja tinggi dan punya kepribadian yang teguh, terpuji dan ketrampilan yang tinggi. Tampaknya sampai hari ini Universitas Bung Hatta belum lagi sepenuhnya menyadari posisinya dan perannya di masa datang.

Berbagai pusat studi dan dan pusat kajian telah berdiri, Jurnal-jurnal ilmiah telah banyak diterbitkan. Tetapi lebih banyak “hanya tertulis di brosur atau liflet” tidak beberapa pusat kajian tersebut yang terdengar gaungnya.

Dosen-dosen Universitas Bung Hatta harus memperlihatkan keunggulannya sebagai peneliti, sebagai penelaah berbagai bidang ilmu pengetahuan dan berbagai aspek kehidupan, terutama masalah-masalah actual.

Teori-tori baru hendaknya sudah harus lahir dan muncul dari kampus Universitas Bung Hatta. Universitas ini akan menjadi terhormat dan punya integritas yang tinggi. Tetapi para pakar yang mampu menemukan teori-teori baru, hanyalah yang mau berfikir, mau bekerja keras, yang mau melakukan penelitian dengan tekun dan tidak kenal lelah.

Adakah Universitas Bung Hatta punya obsesi menjadi universitas terhormat dan punya integritas yang tinggi?, atau hanya cukup jadi universitas swasta yang popular, punya mahasiswa banyak, punya kampus megah, gaji/honor dosen dan karyawannya tinggi dan mungkin saja sebenarnya layak dinilai dengan dollar ?. Jawabnya terpulang pada civitas akademika Universitas Bung Hatta. Dirgahayu Universitas Bung Hatta !.

 
Penulis adalah :
Alumni Fakultas Perikanan, dan karyawan Universitas Bung Hatta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar