Jumat, 10 Mei 2013

Mitigasi dan Simulasi Evakuasi Tsunami, Sebuah Langkah Cerdas



Di Kota Padang kegiatan simulasi (peragaan) penyalamatan diri dari bencana tsunami sudah sering dilaksanakan, meskipun masih ada sebagian orang yang menganggap kegiatan tersebut seolah-olah menambah ketakutan bahwa bencana itu benar-benar akan terjadi. Padahal menurut saya kegiatan tersebut dinilai sebagai sebuah langkah cerdas. Langkah cerdas ini, sangat berguna bagi rakyat di sepanjang pantai untuk menyelamatkan diri. Pengetahuan dan keterampilan penyelamatan diri itu, akan besar gunanya, jika suatu ketika nanti, musibah tsunami benar-benar terjadi.

Saya masih ingat sekitar bulan Juni tahun lalu, ribuan warga Padang cemas dan ketakutan. Ini disebabkan adanya isu tsunami ditambah dengan isu adanya ramalan Mama Lauren bahwa gelombang tsunami kian mendekat ke pantai Padang.

Simulasi evakuasi tsunami merupakan sebuah acara penting demi keselamatan orang banyak, terutama bagi warga Padang yang tinggal di tepi pantai. Dengan diadakannya simulasi di Padang, berarti, warga Padang lebih beruntung dari warga lain yang berada di pantai. “Kita di Padang akrab dengan dengan cara-cara penyelamatan karena sering dilakukan simulasi”.

Simulasi penyelamatan diri juga telah pernah dilakukan oleh Komunitas Siaga Tsunami (Kogami) di Berok, Muara dan Pariaman. Sementara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). masuk ke sekolah-sekolah. Dengan begitu, di Padang, anak sekolah sudah tidak gamang lagi menyelamatkan diri dari gempa dan tsunami. Inilah sebuah langkah cerdas yang dilakukan oleh para ahli untuk membantu orang banyak.Ratusan anak sekolah dan guru-guru SD se-kota Padang itu, telah dilatih untuk melakukan penyelamat diri dari terjangan tsunami. Ini dilakukan pada bulan Juli tahun lalu.

Berbagai pihak berharap simulasi penyelamatan dini tsunami tidak hanya diadakan di Padang, tapi juga di daerah lain di Sumbar. Mulai dari Pasaman hingga Pesisir Selatan. Rakyat di sepanjang pantai barat Sumbar, sangat mengharapkan mereka diberi pengetahuan yang cukup. Terutama untuk melihat tanda-tanda datangnya tsunami.

Tsunami terjadi 26 Desember 2004 di Banda Aceh dan di sekitar Samudera Hindia.Telah memberikan pelajaran yang sangat berharga. Bencana itu mengoyak perasaan umat manusia. Terlepas dari musibah bencana gempa bumi dan tsunami ini yang telah menelan korban ribuan jiwa di Aceh ini, banyak hal yang dapat diambil sebagai  pelajaran, terutama dalam perencanaan dan implementasi mitigasi bencana yang  dimungkinkan terjadi di masa mendatang. Sehingga dampak korban jiwa dan
harta yang ditimbulkan dari bencana dapat diminimasi sekecil mungkin melalui  upaya-upaya mitigasi yang terencana dan keterpaduan seluruh komponen terkait.

Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang amat penting dalam penanggulangan bencana, yang dimaksudkan untuk mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Masyarakat yang berada di daerah rawan bencana maupun yang berada di luar sangat besar perannya, sehingga perlu ditingkatkan kesadarannya, kepeduliannya dan kecintaannya terhadap alam dan lingkungan hidup serta kedisiplinannya terhadap peraturan dan norma-norma yang ada

Selain hal tersebut diatas perlu dipikirkan pula penerapan pengelolaan pesisir terpadu (integrated coastal management) untuk mitigasi bencana. Pendekatan ini ditujukan untuk mengalokasikan atau memanfaatkan sumber daya dan daya dukung lingkungan suatu wilayah pesisir yang mencakup suatu kesatuan dalam perencanaan, penggunaan lahan atau peruntukan, pemeliharaan, kontrol, evaluasi, rehabilitasi, pembangunan dan konservasi lingkungan pesisir.

Kota Padang.dengan penduduk yang padat, merupakan kota yang bisa terkena bencana serupa. Karena itu, pemerintah perlu memberikan perhatian yang sungguh-sungguh. Sayang, jalur-jalur evakuasi yang telah dipetakan menuju daerah-daerah aman dan ke By Pass belum juga selesai proses pelebarannya, jalan Ampang misalnya. (*).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar