Di Kota Padang
kegiatan simulasi (peragaan) penyalamatan diri dari bencana tsunami sudah
sering dilaksanakan, meskipun masih ada sebagian orang yang menganggap kegiatan
tersebut seolah-olah menambah ketakutan bahwa bencana itu benar-benar akan
terjadi. Padahal menurut saya kegiatan tersebut dinilai sebagai sebuah langkah
cerdas. Langkah cerdas ini, sangat berguna bagi rakyat di sepanjang pantai
untuk menyelamatkan diri. Pengetahuan dan keterampilan penyelamatan diri itu,
akan besar gunanya, jika suatu ketika nanti, musibah tsunami benar-benar
terjadi.
Saya masih ingat sekitar
bulan Juni tahun lalu, ribuan warga Padang cemas dan ketakutan. Ini disebabkan
adanya isu tsunami ditambah dengan isu adanya ramalan Mama Lauren bahwa
gelombang tsunami kian mendekat ke pantai Padang.
Simulasi evakuasi
tsunami merupakan sebuah acara penting demi keselamatan orang banyak, terutama
bagi warga Padang yang tinggal di tepi pantai. Dengan diadakannya simulasi di
Padang, berarti, warga Padang lebih beruntung dari warga lain yang berada di
pantai. “Kita di Padang akrab dengan dengan cara-cara penyelamatan karena sering
dilakukan simulasi”.
Simulasi penyelamatan
diri juga telah pernah dilakukan oleh Komunitas Siaga Tsunami (Kogami) di
Berok, Muara dan Pariaman. Sementara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
masuk ke sekolah-sekolah. Dengan begitu, di Padang, anak sekolah sudah tidak
gamang lagi menyelamatkan diri dari gempa dan tsunami. Inilah sebuah langkah
cerdas yang dilakukan oleh para ahli untuk membantu orang banyak.Ratusan anak
sekolah dan guru-guru SD se-kota Padang itu, telah dilatih untuk melakukan
penyelamat diri dari terjangan tsunami. Ini dilakukan pada bulan Juli tahun
lalu.
Berbagai pihak
berharap simulasi penyelamatan dini tsunami tidak hanya diadakan di Padang,
tapi juga di daerah lain di Sumbar. Mulai dari Pasaman hingga Pesisir Selatan.
Rakyat di sepanjang pantai barat Sumbar, sangat mengharapkan mereka diberi
pengetahuan yang cukup. Terutama untuk melihat tanda-tanda datangnya tsunami.
Tsunami terjadi 26
Desember 2004 di Banda Aceh dan di sekitar Samudera Hindia.Telah memberikan
pelajaran yang sangat berharga. Bencana itu mengoyak perasaan umat manusia.
Terlepas dari musibah bencana gempa bumi dan tsunami ini yang telah menelan
korban ribuan jiwa di Aceh ini, banyak hal yang dapat diambil sebagai pelajaran, terutama dalam perencanaan dan implementasi mitigasi bencana yang dimungkinkan terjadi di masa mendatang. Sehingga dampak korban jiwa dan
harta yang ditimbulkan dari bencana dapat diminimasi sekecil mungkin melalui upaya-upaya mitigasi yang terencana dan keterpaduan seluruh komponen terkait.
harta yang ditimbulkan dari bencana dapat diminimasi sekecil mungkin melalui upaya-upaya mitigasi yang terencana dan keterpaduan seluruh komponen terkait.
Mitigasi bencana
merupakan kegiatan yang amat penting dalam penanggulangan bencana, yang
dimaksudkan untuk mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Masyarakat yang berada di daerah rawan bencana maupun yang berada di luar sangat besar perannya, sehingga perlu ditingkatkan kesadarannya,
kepeduliannya dan kecintaannya terhadap alam dan lingkungan hidup serta
kedisiplinannya terhadap peraturan dan norma-norma yang ada
Selain hal tersebut diatas perlu dipikirkan pula penerapan pengelolaan pesisir terpadu (integrated coastal management) untuk mitigasi bencana. Pendekatan ini ditujukan untuk mengalokasikan atau memanfaatkan sumber daya dan daya dukung lingkungan suatu wilayah pesisir yang mencakup suatu kesatuan dalam perencanaan, penggunaan lahan atau peruntukan, pemeliharaan, kontrol, evaluasi, rehabilitasi, pembangunan dan konservasi lingkungan pesisir.
Kota Padang.dengan penduduk yang padat, merupakan kota yang bisa terkena bencana serupa. Karena itu, pemerintah perlu memberikan perhatian yang sungguh-sungguh. Sayang, jalur-jalur evakuasi yang telah dipetakan menuju daerah-daerah aman dan ke By Pass belum juga selesai proses pelebarannya, jalan Ampang misalnya. (*).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar