Selasa, 14 Mei 2013

Penyu-Penyu Itu Menangis ?


Penyu-Penyu Itu Menangis ?
Oleh : Indrawadi,S.Pi

Meski sudah dilindungi, penyu-penyu tetap ditangkap, dibunuh dan dimakan dagingnya. Indonesia di sorot dunia International karena banyak mengonsumsi telur dan daging penyu hijau. Namun karena permintaan akan telur dan dagingnya terus meningkat, maka perburuan liar pun tetap terjadi terhadap hewan yang bergerak lambat ini.

Masih banyak orang sulit mebedakan antara penyu dan kura-kura. Itu tidak mengherankan, karena kura-kura dan penyu memang saudara sepupu. Secara awam semua hewan berkaki empat, tubuh dilindungi tempurung keras, kepalanya bisa dimasukkan kedalam tempurungnya, disebut kura-kura.Penyupun disebut kura-kura laut, seperti salah satu narasi terjemahan film mengenai penyu yang disiarkan TPI belum lama ini.

Sebagian orang menganggap penyu adalah salah satu hewan laut yang memiliki banyak kelebihan, terutama dagingnya yang berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Di negeri Cina, daging penyu yang telah di olah dengan berbagai ramuan digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Bahkan beberapa mereka ada yang mengelola minyak hewan ini sebagai obat kecantikan.

Di Bali permintaan akan kebutuhan daging penyu sangat tinggi, daging-daging penyu tersebut dijadikan sate atau lawar yang merupakan jenis masakan yang paling digemari disana. Dalam satu hari saja ratusan ekor penyu dibantai dan diburu untuk memenuhi permintaan rumah-rumah makan dan restoran yang menyediakan masakan tersebut. Maka tak heran bila saat ini populasi penyu di daerah tersebut menurun drastic. Salah satunya yaitu di Pulau Sarangan atau lebih popular dengan sebutan Pulau Penyu yang merupakan daerah habitat penyu dan strategis untuk pengembangannya, kini terancam karena populasi hewan ini terus merosot dan terancam punah.

Di Sumatera Barat, pada beberapa buah pulau yang terdapat disepanjang pantai peraiarn Sumbar, populasi hewan ini perlu juga di khawatirkan akan kelestariannya. Tapi tidaklah separah daerah-daerah lain, karena di Sumatera barat perburuan terhadap hewan ini relatif tidak ada, tetapi justru permintaan akan telurnya yang relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat di Sepanjang pantai Muara Padang, banyak telur penyu yang diperjual belikan baik mentah maupun yang sudah dimasak.

Sebenarnya di daerah ini upaya untuk melindungi hewan ini dari kepunahan sudah ada, sudah ada upaya untuk itu, salah satunya di Pulau Penyu perairan Pesisir Selatan, yaitu dengan melakukan penangkaran penyu secara alami dan semi alami dengan cara tidak mengambil semua telur –telur penyu yang baru saja bersarang dan bertelur. Kemudian dari pihak pergruan tinggipun telah juga dilakukan penelitian oleh mahasiswa Fak.Perikanan Universitas Bung Hatta untuk membudidayakan hewan ini, salah satu caranya adalah mencoba memberikan pakan tambahan pada tukik-tukik penyu tersebut sebelum dilepaskan, kemudian juga dilakukan pemagaran sarang-sarang penyu tersebut dengan waring agar telur-telur tersebut tidak dimakan oleh biawak atau hewan lain. Saat ini saja berdasarkan informasi pengelola pulau Tim peneliti dari Puslitbang Perikanan UBH telah ada lebih kurang 2000 dari 6.500 rencana anak tukik yang ditangkarkan sebelum dilepaskan. Menurut sebuah iklan yang gencar di iklankan Bali Post, seekor penyu memerlukan waktu 30 tahun untuk menjadi dewasa dan sipa berkembang biak, dan bahwa hanya 1 dari 1000 ekor anak penyu yang mempunyai kesempatan untuk hidup sampai dewasa karena keganasan alam, termasuk didalamnya keganasan manusia.

Siklus Hidup

Berdasarkan catatan para ahli, penyu bisa hidup hingga umur 60 tahun. Kemana saja selama 60 tahun itu ?. Penyu berkembang biak denngan bertelur dan memerlukan waktu 15 – 30 tahun untuk menjadi dewasa dan siap kawin serta bertelur. Jika sampai waktunya untuk kawin, penyu dewasa betina maupun jantan akan menuju perairan dangkal. Mereka akan bertelur di pantai asal mereka pertama kali masuk kelaut. Dengan penuh perjuangan penyu betina akan naik ke pantai berpasir dan sepi dari manusia, menggali lubang sedalam hingga 45 centimeter untuk tempat bertelur.

Saat berada di daratan, ketika menggali lubang, tampak penyu seperti menangis. Apakah karena capai ?. Selama hidupnya penyu hidup dilaut lepas, menyerap banyak garam dari makanan maupun air yang diminumnya. Penyu memiliki kelenjar garam di pelupuk matanya yang berfungsi mengeluarkan kelebihan garam. Ketika kelenjar tersebut megeluarkan garam terlihat selintas seperti air mata. Selesai bertelur yang bisa beberapa kali dalam satu musim, penyu betina tersebut kembali alamnya mencari makan, dan akan kembali lagi bertelur ketempat semula. Rata-rata satu lubang akan diisi 100 butir telur sebesar bola pingpong, dan akan menetas setelah 55 hari. Biasanya telur menetas pada malam hari. Tukik-tkik tersebut rata-rata berukuran 3 – 5 centimeter dan berlomba-lomba keluar dari pasir menuju laut. Sejak mulai dari menetas sampai di dalam laut bahaya sudah mengancam. “Dari seribu tukik yang menetas hanya satu yang berkesempatan menjadi penyu dewasa,” ujar Ketut Sarjana Putara ahli penyu dari Wordl Wide Fund for Nature Indonesia Wallacea Programme.

Sejak menetas tukik-tukik akan mencari makan tidak jauh dari pantai tempatnya menetas. Sampai saat ini para ahli penyu belum mengetahui persis siklus hidup panjang penyu-penyu itu. Tidak ada yang tahu kemana penyu-penyu kecil itu pergi antara 5-20 tahun. Buktinya, saat tim peneliti melakukan penyelaman tidak pernah menemukan punyu-penyu muda. Penyu-penyu tampak lagi ketika sudah dewasa, ketika sampai saatnya akan berbiak lagi. Jadi penyu-penyu yang bertelur sekarang ini adalah penyu-penyu yang menetas 30 tahun lalu.

Terancam Punah

Setiap tahun, ribuan penyu hijau di bawa ke Tanjung Benoa, Bali Selatan. Penyu-penyu itu dijual untuk dimakan. Pada tahun 1991, sebanyak 24.157 ekeor penyu dipotong yang berukuran di atas 60 centimeter. Sejak itu jumlah penyu yang dibawa ke Bali menurun, tahun 1998 tercatat 6.987 ekeor penyu yang masuk keTanjung Benoa. Padahal Gubernur Bali telah menetapkan paling bayak hanya 5.000 ekor saja penyu-penyu itu boleh ditangkap.

Selain ditangkap, penyu-penyu yang tidak bisa membela diri itu juga tergusur oleh manusia. Pantai-pantai tempat penyu bertelur telah dirobah menjadi tempat turis asing atau local untuk berjemur dan mejdai hotel-hotel berbintang.

Sudah ditangkap, dimakan dagingnya, tergusur dari pantai, telurnaypun diambil. Meskipun sudah ada PP Nomor 7 dan 8 tahun 1999 yang melindungi semua jenis penyu, namun perburuan terhadap hewan ini terus berlanjut. Kini populasi penyu itu sudah menurun, jika tidak dihentikan perburuan dan pengambilan telur yang berlebihan dalam waktu dekat penyu ini akan punah. Bayangkan penyu-penyu itu menangis ketika di potong dan ambil telurnya.

Catatan: Tulisan ini ditulis tahnun 2008, dan telah di terbitkan Harian Singgalang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar